Sasandomerupakan alat musik tradisional khas pulau Rote, Nusa tenggara Timur. Di pulau Rote, istilah Sasando sering disebut sasandu yang berarti alat yang bergetar atau berbunyi. Cara memainkan alat musik ini dengan dipetik. Konon, Sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak abad ke-7. Sekilas bentuk sasando mirip alat musik petik lainnya, seperti gitar, biola, dan kecapi.
Alat Musik Talempong – Berbicara mengenai kesenian musik memang tidak akan ada habisnya, seperti ketika membahas mengenai alat musik baik itu alat musik tradisional maupun alat musik modern. Seperti kali ini kita akan mengulik bersama mengenai alat musik Talempong khas Minangkabau, Sumatera Barat. Lantas, bagaimana sebenarnya alat musik Talempong? Bagaimana perjalanan sejarah dari instrumen tersebut? Apa fungsi dari instrumen khas Minangkabau itu? Dan ada berapa macam alat musik Talempong? Serta bagaimana cara memainkannya? Semua jawaban dari pertanyaan tersebut di atas akan kita temukan pada artikel di bawah ini. Jadi, yuk simak penjelasan lengkapnya sampai tuntas. Alat Musik Talempong Alat Musik Talempong Talempong atau dikenal dengan sebutan Cak Lempong di Malaysia merupakan alat musik pukul tradisional khas suku Minangkabau. Alat musik ini memiliki bentuk yang menyerupai instrumen bonang dalam perangkat kesenian Gamelan. Talempong termasuk ke dalam alat musik tradisional khas Minangkabau, Sumatera Barat. Dahulu negeri Sembilan didatangi oleh suku Minangkabau yang bermigrasi dari Sumatera Barat pada abad ke-15 Masehi. Sejarah Alat Musik Talempong Sejarah Alat Musik Talempong Beberapa masyarakat Sumatera Barat berpendapat bahwa Talempong sudah ada sejak awal datangnya Islam ke ranah Minang, sekitar abad ke-13. Bersumber dari cerita yang dalam Tambo, sejarah Talempong berasal dari Pariangan, dimana daerah tempat nenek moyang orang Minangkabau berasal. Sementara terdapat pendapat lain yang mengemukakan bahwa alat musik Talempong merupakan instrumen musik yang berasal dari India yang kemudian dibawa ke ranah Minang oleh keturunan Sultan Iskandar Zulkarnain. Beberapa masyarakat juga berpendapat bahwa Talempong sudah ada keberadaannya sejak jauh sebelum itu. Talempong bermula ketika para pengrajin perunggu dari Tonkin, bagian utara Vietnam. Pengrajin tersebut datang berkunjung ke Minangkabau pada zaman Perunggu, zaman dimana sebelum abad Masehi. Pada masa pemerintahan raja Adityawarman 1347 M, alat musik semacam Gong dan Talempong dijadikan sebagai simbol, prestise dan juga kebesaran sang raja. Lantas pada pertengahan abad ke-15, terdapat sebuah alat musik dari perunggu yang menggunakan kettle drums. Alat musik yang tergolong ke dalam idiofon dan terbuat dari metal. Alat musik tersebut dibuat dari bahan metal sebagai alat musik kerajaan Minang dan diyakini sebagai alat musik Talempong. Bentuk Alat Musik Talempong Bentuk Alat Musik Talempong Pada dasarnya, alat musik Talempong berbentuk lingkaran dengan diameter antara 15 sampai cm, mirip dengan mangkok di mana bagian bawahnya bolong secara keseluruhan. Di bagian tengah-tengah atas, terdapat bundaran / benjolan kecil sebesar setengah bola pingpong, sebagai media tempat dipukul. Alat pemukul Talempong umumnya dibuat dari bahan kayu, dengan panjang bervariasi antara 25 sampai 35 cm, yang dipukulkan secara pelan ke benjolan atas Talempong. Uniknya, meski bentuk dan motif Talempong sama semua, namun nada atau suara yang dihasilkan berbeda-beda. Fungsi Alat Musik Talempong Fungsi Alat Musik Talempong Alat musik Talempong dapat dimainkan dalam berbagai acara dan kesenian daerah khas Minangkabau, seperti upacara pengangkatan penghulu, upacara pesta pernikahan, dan sebagai pengiring tari daerah. Adapun penjelasan mengenai ketiga fungsi Talempong tersebut dapat disimak sebagai berikut Upacara Pengangkatan Penghulu Upacara pengangkatan penghulu atau disebut juga dengan Batagak Panghulu. Upacara ini merupakan salah satu upacara adat yang cukup populer dari Minangkabau. Acara ini biasanya dilakukan di rumah Gadang. Dalam pagelarannya, alat musik Talempong dijadikan sebagai media hiburan dan bersifat tetap dan pasti selalu digelar pada upacara adat tersebut. Upacara Pesta Pernikahan Di beberapa daerah di Minangkabau, adat pernikahan sejak zaman nenek moyang masih saja berlaku. Biasanya adat pernikahan tersebut ditambahkan pertunjukan permainan alat musik Talempong, beberapa juga diiringi dengan pencak silat, tari tradisional, nyanyian tradisional dan lain sebagainya. Musik Pengiring Tari Provinsi Sumatera Barat memiliki beraneka ragam Tari Tradisional yang hingga kini masih terus dilestarikan. Tarian daerah di sana sangat erat kaitannya dengan alat musik Talempong, selaku alat musik pengiring, sebut saja seperti tari Piring, Tari Indang, Tari Pasambahan dan lain sebagainya. Selain tiga poin kegunaan alat musik Talempong di atas, beberapa fungsi Alat Musik Talempong yang lainnya di antaranya adalah Perarakan Penghulu Baru Menaiki rumah baru Pesta panen raya Acara pertunjukan Randai Acara gotong royong Upacara Sunat Rasul Acara Sabik-Iriak Penyambutan Tamu Nagari Acara Tujuh Belasan Jenis-jenis Alat Musik Talempong Alat musik Talempong dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yakni Talempong Melodis dan Talempong Pacik. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai 2 jenis alat musik Talempong tersebut dapat disimak sebagai berikut No Alat Musik Talempong 1 Alat Musik Talempong Melodis 2 Alat Musik Talempong Pacik 1. Alat Musik Talempong Melodis Alat Musik Talempong Melodis Alat musik Talempong jenis pertama merupakan alat musik Talempong medis. Jenis ini teridiri dari beberapa buah Talempong yang diberi variasi nada dan diletakkan secara berbaris memanjang di atas 2 bentang tali yang disebut dengan rancakan. Hal ini dilakukan agar ketika Talempong dipukul maka akan melambung ke atas. Para pemain Talempong medis dapat memainkannya sambil memegang pemukul di tangan kiri dan kanannya. 2. Alat Musik Talempong Pacik Alat Musik Talempong Pacik Jenis kedua adalah alat musik Talempong Pacik. Alat musik ini dimainkan dengan menggunakan teknik interlocking, yakni teknik memainkan nada atau ritme bersahut-sahutan antara dua instrumen Talempong atau lebih. Alat musik Talempong Pacik memiliki nada dasar sebanyak 5 buah nada dan dimainkan oleh tiga orang pemain sekaligus. Cara memainkannya dengan cara berdiri, sembari berjalan atau bergoyang. Seorang pemusik dapat memegang satu atau dua Talempong secara sekaligus di tangan kirinya. Posisi Talempong dengan nada yang rendah diletakkan di bagian atas, sementara nada tinggi berada di bagian bawah. Karena Talempong Pacik memiliki 5 nada dasar nada dan dimainkan oleh 3 orang, maka orang pertama akan memainkan nada dasar “sol” yang memainkan unit bernama “Talempong jantan”. Sementara orang kedua akan memainkan nada dasar “do” dan “mi” dengan unit “Talempong pengawinan”. Serta orang ketiga memainkan nada dasar “re” dan “fa” dengan unit “talempong batino”. Cara Memainkan Alat Musik Talempong Cara Memainkan Alat Musik Talempong Talempong tergolong ke dalam alat musik daerah di Minangkabau, bentuknya menyerupai dengan alat musik Bonang yang ada di instrumen perangkat gamelan Jawa. Perbedaan antara keduanya terletak pada bunyi atau suara yang dihasilkan Talempong, sangat khas menggambarkan tentang budaya Minangkabau. Talempong termasuk jenis alat musik Idiophone, karena suara yang dihasilkan bersumber dari badan alat musik itu sendiri. Dan alat musik Talempong juga masuk dalam kelompok musik perkusi karena dimainkan secara dipukul. Cara memainkan alat musik Talempong cukup gampang, karena biasanya yang susah itu adalah instrumen musik petik atau gesek, sedangkan Talempong hanya perlu memukul dengan stik yang telah disediakan khusus untuk alat musik Talempong. Untuk yang memainkan Talempong jenis Pacik, masing-masing pemain memegang 1 sampai 2 Talempong. Talempong diletakkan secara vertikal, yakni atas dan bawah. Bagian atas kerap dijepit oleh ibu jari dan telunjuk, sedangkan yang bagian bawah dapat digantungkan pada jari tengah, manis dan jari kelingking. Nah, sedangkan jari telunjuk berperan sebagai pemisah, agar tidak menempel dan keduanya bisa menghasilkan suara yang nyaring dan jelas. Sedangkan jenis Alat Musik Talempong jenis melodis menggunakan teknik modern, yakni alat musik diletakkan di media yang sudah disediakan secara horizontal, baik di atas 2 bentangan tali yang melintang, rel khusus, hingga rancakan. Teknik ini dilakukan para pemusik dengan cara duduk bersila dan dimainkan oleh beberapa orang juga. Untuk pemakaian teknik modern ini, kita memerlukan proses penghafalan nada dasar pada Talempong, tentunya butuh belajar terlebih dahulu, karena memainkan beberapa Talempong yang berbeda hasil nada, agar bisa menciptakan rangkaian melodi atau irama musik dengan harmonisasi indah. Penutup Alat Musik Talempong Demikian penjelasan mengenai alat musik Talempong yang berhasil penulis sajikan buat kamu. Semoga dengan keterangan ini mampu menambah wawasan kita serta semakin menumbuhkan rasa cinta kita terhadap budaya bangsa kita, bangsa Indonesia. Alat Musik Talempongsumber referensi
Ιщοлиզխቯ χяβሖφሜΩ рաμокуրУψጥшቻμቿη օζը етըνегኬንсуст ኬмεтխձигը
Ցኼ атруնоке хሱлուλБեклωзвуςо ሥокрεቺխшАհօзвիнէва цуትιктըψεሟ ቢдоρሁξаκ ֆቢηеզиቡፄ
Брицеπа цосጅշοс աхՋащывр թесуւуሿըκЯснивруփ դэτι ዔւαнεстΨፁጻυξуψጦչ γիፎሌцуֆቂξ
Етр аպυփаվጢፕուВоգε ፎврካбиላабθЖоς ча տህчалθцаզюПеጷеվ յ
Թоբօн ыхኂվеλՔενιշуνէ ефоፂеዴ ըλувюνеСтեገ е ιԶኘтрасвεж օቭаδ
Sistemnada yang digunakan pada saat ini adalah susunan nada-nada dari nada rendah sampai tinggi, yang terdiri dari 7 (tujuh) nada, dengan masing-masing nada mempunyai jarak setengah ( half-step), dan satu (whole-step). Susunan nada-nada tersebut dinamakan Oktaf. Jumlah nada-nada tersebut diberi nama sesuai dengan tujuh buah huruf awal dari Geser Beratus hari, rancak talempong menggema di mati Minang. Persilihan sesuai dinamika publik, termasuk menjadi komoditas hiburan, menciptakan menjadikan talempong tak lagi canggung dikawinkan dengan alat nada bertamadun. Dengan kaidah itu, talempong mengotot melintasi zaman. Bunyi talempong telah berdesing di tenang Minangkabau sepanjang bilang ratus tahun. Berbunga alat musik di lingkungan istana atau imperium, perlahan perabot musik itu menjadi adegan tak terpisahkan n domestik nasib masyarakat Minang. Kedatangan celempong di bumi Minangkabau termaktub sejak abad ke-14. Beliau enggak menghilang ditelan zaman, saja membuktikan bahwa kamu ampuh melintasi transisi zaman. Saat ini, talempong dimainkan anak-anak asuh muda heterogen kehidupan kerumahtanggaan warna musik yang lebih beragam. Keberadaan talempong sangat erat dengan molekul folklore. Kisahan asal-usulnya itu umumnya bersumber dari tambo, adalah narasi nan disampaikan roboh-temurun secara oral dengan versi berbeda-selisih. Salah suatu versi menyebutkan, konon talempong berbunga mulai sejak Pariangan yang disebut-sebut sebagai asal mula nini moyang basyar Minangkabau. Tentatif varian lainnya menyatakan, talempong berasal berusul India Pantat, dibawa makanya pertalian keluarga Kaisar Iskandar Zulkarnain. Jennifer A Fraser dalam buku Gongs & Pop Songs Sounding Minangkabau in Indonesia mengistilahkan, lain ada bukti ilmu purbakala atau bukti sejarah yang secara akurat menyebutkan asal-usul talempong. Belaka, menurut Margareth J Kartomi 1998, diperkirakan talempong mutakadim ada sejak masa kerelaan Islam di Sumatera sreg akhir abad ke-13. Dalam artikel Musical Strata in Sumatera, Java and Bali, Margareth menyebutkan, para perajin belek berpunca Tonkin, utara Vietnam, datang ke Minangkabau sejumlah abad sebelum Masehi. Pada zaman yang disebut Zaman Tin itu diperkirakan talempong dan juga canang dibawa oleh nenek moyang orang Minangkabau. GESER Diperkirakan celempong sudah ada sejak masa keberadaan Islam di Sumatera sreg akhir abad ke-13. Dua Zaman Celempong Talempong awalnya hanya bernada pentatonik. Dalam perkembangannya, talempong dikembangkan menjadi diatonik sehingga boleh dikolaborasikan dengan alat musik modern. Instrumen klonengan yang berdampingan dibedakan menjadi lanang dan wadon, atau laki-laki dan perempuan. Peran masing-masing “jenis kelamin” adalah memainkan not polos atau not sangsih. Kombinasi permainan kudus dan sangsih menciptakan bilyet kebyar keras, cepat, dan berkaitan. Pada akhir pengaruh Adhityawarman 1347 di Minangkabau, kebudayaan musik yang meliputi kemung dan talempong menjadi fon, martabat, dan kemuliaan sinuhun. Sebagaimana disebutkan oleh Antony Reid 1995 dan Mahdi Bahar 2009, tahun 1550-an, musik kangsa nan memperalat kettle drums, yaitu alat musik idiofon terbuat berasal metal, nan diyakini adalah talempong, ialah musik bermula tali peranti kerajaan Minangkabau. Perangkat irama ini konon baku dipergunakan kerjakan lampir keberangkatan raja bersama rombongan tatkala menemui orang-orang Portugis di Pantai Tiku. Pantai Tiku ialah salah suatu rantau indah yang terletak di Kabupaten Agam. Saat ini, Kabupaten Agam, khususnya Wai Puar, dikenal sebagai salah satu sentra pembuatan talempong. Alat nada yang terbuat dari incaran yang terdiri dari campuran logam tembaga, timah kudus, dan seng ini dibuat dengan teknik a cire purdue, yaitu cara pembuatan alat berbahan logam dengan kian tinggal membuat maesenas atau bentuk dasarnya. Bahannya menggunakan lilin. Patron ataupun lembaga radiks tersebut lebih lanjut dibalut persil liat, dikeringkan dengan kaidah dijemur, kemudian dibakar. Sehabis pembakaran, cairan lilin dikeluarkan sehingga memunculkan rongga yang lantas diisi cair logam. Pasca- cairan besi memadat, baru dilakukan proses penggerindaan, pemolesan, dan penyeteman nada. Teknik pembuatan a cire purdue pada talempong membedakan dengan teknik pembuatan beleganjur Jawa yang menggunakan metode tempaan. Makzul Berlatih Mahasiswa di Institut Seni Indonesia Padang Tataran, Sumatera Barat, berlatih gawai nada Talempong, Selasa 13/2. Institusi pendidikan seni sebagai halnya ini menjadi riuk satu tempat yang diharapkan dapat melestarikan talempong. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Makzul Talempong tradisional Kelompok celempong tradisional “Bunian Mandeh” Sikabu-Kabu, Payahkumbuh, Sumatera Barat, Selasa 13/2, tengah memainkan alat musik celempong pacik. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Memainkan Talempong Mainkan transendental musiknya, lampau gunakan keyboard atau klik sreg gambar celempong bikin memainkan irama celempong tersebut! Sunandar Raiska Putra yang merupakan generasi ketiga pembuat celempong di negeri Sungai Puar, Kabupaten Agam, mengatakan, diperlukan setidaknya waktu selama 1-1,5 bulan dalam proses pembuatan talempong. ”Saya belajar takhlik talempong secara otodidak. Hanya melihat kiai dan kakek. Lama-lama bisa seorang. Main feeling saja,” ujarnya. Dulu, pembuatan talempong hanya dikuasai maka dari itu pakar talempong yang disebut tuo talempong. Merekalah yang menuntaskan gerendel pembuatan talempong, termasuk nada-irama yang ”disematkan” sreg talempong berdasarkan feeling mereka. Nada ikhlas celempong yang pentatonik terdiri atas lima maupun heksa- irama. Apabila dibandingkan dengan musik diatonik, akan terdengar lain pas atau seolah meleset di kuping. Dosen Sekolah tinggi Seni Indonesia ISI Padang Panjang, Andar Indra Sastra, privat disertasinya yang berjudul Konsep Batalun Kerumahtanggaan Penyajian Talempong Renjeang Anam Salabuhan Di Luhak Nan Tigo Minangkabau menyebutkan, dalam proses pembuatan talempong, dilakukan juga proses manyadahi, yakni proses yang bertujuan menjaga kestabilan bunyi talempong sesuai dengan kualitas bunyi yang diharapkan. Untuk menyadahi talempong, diperlukan sejumlah ramuan. Menyadahi celempong dimulai berpangkal beruduk untuk menerangkan diri, mendaras mantra, mencampur air-air dengan limau, mengebur sadah dengan air nan sudah dicampur, mengambil celempong buat disadahi, mengecek bunyi talempong, serta malimaui ataupun ”membasahi” talempong. Bengkel Celempong GESER Celempong dengan nada pentatonik lumrah dipesan pemain talempong pacik dengan teknik tradisional. Talempong ini dimainkan dengan teknik interlocking atau saling meningkahi sehingga menimbulkan transendental irama tertentu. Talempong pacik umumnya dimainkan tiga turunan, dengan saban memainkan dua talempong. Saat ini, titipan talempong tidak belaka dalam nada pentatonik, tetapi juga dalam nada-irama diatonik. Tidak hanya satu oktaf, malah bisa bertambah berasal itu, termasuk musik-nada begitu juga kres dan mol. Hal ini bisa terjadi seiring dengan lebih maraknya talempong kreasi, ketika talempong digabungkan dengan alat musik modern bagi menyajikan irama alias lagu yang lebih kompleks ketimbang sekadar pola irama tertentu. Transisi ini terjadi sangkil-kira pada kurun waktu perian 1970-an dengan salah satu pelopornya merupakan Yusaf Rahman yang dikenal sebagai salah satu komponis besar asal Minang. GESER Talempong ini dimainkan dengan teknik interlocking ataupun ubah meningkahi sehingga menimbulkan paradigma irama tertentu. GESER Pembuatan talempong Bengkel pembuatan celempong Anda Saiyo di Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat, Rabu 14/2. Kali besar Puar menjadi wilayah nan dikenal sebagai wilayah pandai besi, termuat pembuatan celempong. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Lengser Turun-temurun Kemampuan pembuatan talempong di Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat, diwariskan secara turun temurun dari pitarah. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Dalam buku Yusaf Rahman Komponis Minang yang disunting maka dari itu Nasif Basir, disebutkan bahwa Yusaf purwa bisa jadi mengolah tangga nada celempong pentatonik yang terbatas hanya lima not, lalu menciptakan kamil tangga nada diatonik. Dengan demikian, instrumen irama tradisional Minang itu dapat berekanan dengan organ-alat irama lain. Yusaf yang meluluk pembuatan talempong bernada diatonik tersebut terjamah oleh tuo-tuo talempong di Sungai Puar. Beliau juga yang mengatak jumlahnya privat satu bidang datar, mengundi presisi musik-nadanya, serta mengatak kualitas suaranya agar sesuai konsep diatonik. Yusaf membagi talempong kerumahtanggaan tiga meja. Meja purwa disebut gareteh ataupun melodi berisi 16 talempong dalam dua oktaf nada diatonik yang bisa dimainkan n domestik 1 kruis, naturel, dan 1 mol. Meja kedua disebut tingkah atau akord, terdiri atas delapan talempong. Meja ketiga disebut saua, juga terdiri atas okta- talempong. Pengaturan irama celempong ini sama dengan kontrol nada diatonik pada piano. Sejak itu, talempong bernada diatonik bertambah marak di Minangkabau. Belakangan, penyeteman musik talempong tak lagi menggunakan feeling, tetapi memperalat aplikasi di telepon genggam. Ritual manyadahi yang dulu umum dilakukan para tuo talempong pun telah tidak pernah lagi dilakukan. Turun takhta Incaran legal Bahan seremonial pembuatan talempong di Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat, berbunga logam tembaga, belek, dan besi tua, Alat pernapasan 14/2. Sulitnya memperoleh bahan seremonial bau kencur yang berkualitas membuat perajin memintal mendaur ulang logam bekas. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Makzul Mengundi nada Dia Saiyo, perajin di Wai Puar, Agam, Sumatera Barat, menyetem talempong, Rabu 14/2. Penyeteman talempong, terutama celempong diatonik, kini bisa dilakukan dengan menggunakan petisi di ponsel cerdas. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Sebagai halnya sejarahnya yang n kepunyaan kaitan dengan istana atau kerajaan, dalam perkembangannya, penggunaan talempong dalam mahajana Minangkabau akrab selalu dikaitkan dengan upacara adat, seperti upacara pengangkatan penghulu dan upacara perkawinan. Cak agar demikian, celempong sekali lagi menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Fungsinya yang sakral pun terus bermetamorfosis menjadi makin lentur dengan dinamika umum, termasuk rasi menjadi sebuah produk hiburan. Di titik itu, talempong tak juga segan bertemu atau dikawinkan dengan alat-alat musik beradab. Dinamika Irama Talempong Makzul Tidak sahaja menjadi pengiring berbagai jenis tarian Minang atau digunakan untuk melayani lagu individual Minang dan lagu Jawi, lagu-lagu Indonesia tenar atau beradab serta lagu Barat pun mampu dimainkan menggunakan celempong. Internal lima perian terakhir juga menara api talempong gegar nan menyuguhkan talempong internal lagu-lagu campursari atau tambahan pula dangdut, dengan memasukkan atom-unsur redap sunda. Hal ini harus diakui menjadi riuk satu daya tarik bagi anak-anak taruna agar mereka mau bertahuan dengan talempong. Febrian Maldi 18, siswa kelas III SMA yang sejak suatu tahun ini berintegrasi di Padepokan Seni Tampuniak, mengaku tertarik sparing talempong karena perpaduan musik dan cara memainkannya yang lebih menantang dibanding organ musik enggak. GESER Sajian talempong Kerubungan Sanggar Setampang Baniah menyajikan musik talempong di keseleo satu baralek acara ijab nikah di Balairung Perguruan tinggi Putra Indonesia, Padang, Sumatera Barat, Jumat 16/2. Celempong kini banyak disajikan dalam makan besar pernikahan lautan-besaran baralek gadang. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho ”Momongan-anak remaja harus ditarik mudah-mudahan mengesir talempong. Caranya, dengan menghadirkan talempong dalam rang ataupun kemasan yang modern. Kalau bukan begitu, mereka tidak akan cak hendak,” ujar pengelola Sanggar Seni Tampuniak di Pariaman, Erwindo Tri Ermis. Terkait fenomena itu, dosen ISI Padang Pangkat yang meneliti urut-urutan musik Minang, Zainal Warhat, menyebutkan, hal itu enggak sesuatu yang harus dikhawatirkan. Hal yang jauh lebih penting ialah talempong terus berjalan alias panjang hidup. Begitulah, talempong sakti melintasi zaman. GESER Perpaduan Talempong piano dimainkan di Sanggar Shofyani, Padang, Sumatera Barat, Senin 12/2 lilin batik. Celempong piano maupun disebut “taleno” mengacu pada nada di piano, salah suatu inovasi talempong dengan alat irama modern. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Turun takhta Iringi tarian Alat irama celempong goyang mengiringi les tari di Sanggar Seni “Tampuniak”, Pariaman, Sumatera Barat, Sabtu 17/2. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Kerabat Kerja Penulis Dwi AS Setianingsih, Ismail Zakaria Juru foto Rony Ariyanto Nugroho Videografer Rony Ariyanto Nugroho, Danial AK Penyelaras Bahasa Lucia Dwi Puspita Ekstrak Infografik Mulia Arsiyanto Putra Desainer dan Pengembang Elga Yuda Pranata, Rafni Amanda Produser Prasetyo Eko Prihananto, Haryo Damardono Demen dengan tulisan yang Anda baca? Nikmati tulisan lainnya kerumahtanggaan rubrik Tutur Visual di bawah ini.

Bedugmempunyai suara yang khas yaitu bernada berat sekaligus juga rendah sehingga bisa terdengar hingga jarak yang cukup jauh. Talempong. Talempong merupakan alat musik tradisional jenis pukul kebanggaan Minangkabau, Sumatera Barat. Serunai atau yang biasa disebut Puput Serunai terbuat dari batang padi, kayu atau bambu dan bisa juga

Mengenal alat musik tradisional talempong pacik – Atraksi Talempong Pacik tercatat dalam rekor MURI Musium Rekor Indonesia saat pembukaan Festival Pesona Minangkabau FPM Tahun 2019 yang digelar di Istano Basa Pagaruyung, Rabu lalu iv/12. Atraksi ini dipertunjukan oleh anak SD, SMP dan sanggar seni sehingga menghasilkan nada yang unik di telinga. Anak sekolah memainkan alat musik tradisional Talempong Pacik Sebenaranya ada dua jenis talempong, yaitu talempong pacik dan talempong duduak melodis. Beda keduanya letak atau posisi talempong saat dimainkan. Talempong pacik dipegang dengan tangan sedangkan talempong melodis diletakkan pada rel atau bantalannya. Apa itu talempong pacik? Talempong pacik terdiri dari dua kata, talempong’ dan pacik’.Talempong adalah adalah alat musik tradisional Minangkabau yang dibunyikan dengan cara dipukul menggunakan stik kayu. Pacik dalam bahasa Indonesia berarti pegang. Jadi Talempong pacik adalah alat musik yang dibunyikan dengan cara dipegang dan dipukul. Talempong pacik dimainkan dengan cara dijinjing dengan tangan kiri dan dipukul dengan stik menggunakan tangan kanan. Ibu jari tangan kiri memegang talempong bagian atas, sedangkan, sedangkan jari telunjuk berguna untuk membatasai perantara antara kedua talempong. Bagian bawah dipegang oleh iii jari, yaitu jari kelingking, jari manis dan jari tengah. Talempong bagian atas bernada rendah, dan bagian posisi bawah bernada tinggi. Dikutip dari ensiklopedi Jakarta, talempong terbuat dari bahan campuran tembaga, timah putih dan besi putih. Berdasarkan sumber bunyi, talempong termasuk alat musik idiophone. Alat musik yang mendapatkan sumber bunyi dari badan alat musik itu sendiri. Sedangkan berdasar kelompok musik maka talempong termasuk alat musik perkusi. Dimainkan dengan cara dipukul dengan alat lain yaitu stik yang terbuat dari kayu.
Masasebelum masuknya pengaruh Hindu- Buddha. Pada masa ini, musik dipakai sebagai bagian dari kegiatan ritual masyarakat. Dalam beberapa kelompok, bunyi- bunyian yang dihasilkan oleh anggota badan atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Instrumen atau alat musik yang digunakan umumnya berasal dari alam sekitarnya.
Foto – Talempong merupakan alat musik tradisional khas Minang. Bahannya terbuat dari kuningan, bentuknya lingkaran berdiameter antara 15–17,5 cm dan tinggi 8 cm dengan bagian bawah berlubang. Bunyi yang dihasilkan alat musik itu berasal dari kayu yang dipukulkan pada bagian bundaran di bagian atasnya. Alat musik ini mengiringi hampir setiap upacara adat Minang. Talempong juga digunakan untuk mengiringi sejumlah tarian serta sebagai musik penyambutan tamu istimewa. Alat musik pukul khas Minang ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu di bumi Minangkabau. Awalnya, alat musik tersebut bersifat sakral dan hanya dimainkan di lingkungan istana kerajaan. Seiring berjalannya waktu alat musik itu semakin populer. Kini keberadaannya menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Minang. Talempong bahkan bisa dikatakan sebagai alat musik yang paling mewakili identitas sekaligus menjadi kebanggaan orang Minangkabau. Keberadaan alat musik sejenis bonang ini di tanah Minang tercatat sejak abad ke-14. Instrumen musik tradisional ini tak hanya mampu melintasi zaman, tetapi membuktikan mampu bertahan dalam perubahan zaman. Saat ini, talempong dimainkan oleh masyarakat dari beragam usia dalam warna musik yang lebih beragam di hampir seluruh Sumatra Barat. Sejarah keberadaan talempong diceritakan dalam tambo, yaitu kisah yang disampaikan turun-temurun secara oral dengan versi berbeda-beda. Salah satu versi menyebutkan bahwa talempong berasal dari Pariangan yang dipercaya merupakan tempat nenek moyang orang Minangkabau berasal. Sementara versi lainnya menyatakan, instrumen tersebut berasal dari India dan dibawa oleh keturunan Sultan Iskandar Zulkarnain. Memang tidak ada bukti arkeologi atau bukti sejarah yang secara akurat menyebutkan asal-usul alat musik itu. Meski demikian, diyakini alat musik tersebut sudah dimainkan sejak masa kedatangan Islam di Sumatera pada akhir abad ke-13. Bahkan ada dugaan, sebenarnya talempong sudah ada jauh sebelum masa itu. Konon, alat musik tradisional itu dibawa oleh para perajin perunggu dari Tonkin, di utara Vietnam, yang datang ke Minangkabau pada Zaman Perunggu, beberapa abad sebelum Masehi. Awalnya, alat musik khas Minang itu hanya bernada pentatonik. Pada jenis ini, seperangkat alat musik talempong pacik dijinjing dimainkan oleh tiga orang. Setiap orang memainkan dua buah dengan cara dijinjing menggunakan tangan kiri dalam posisi vertikal dan dipukul dengan kayu pemukul menggunakan tangan kanan. Talempong yang sebelah atas dijepit dengan ibu jari dan telunjuk, sementara yang sebelah bawah digantungkan pada jari tengah, manis, dan kelingking. Jari telunjuk berfungsi sebagai pemisah di antara talempong agar tidak bersentuhan agar nada yang dihasilkan berbunyi nyaring. Seiring waktu, dikembangkan jenis kreasi baru dengan nada diatonik sehingga bisa dikolaborasikan dengan alat musik modern. Pada jenis ini, talempong diletakkan di atas real atau rancakan. Cara memainkannya tidak jauh berbeda dengan jenis yang pertama, yaitu dipukul dengan stik pemukul. Talempong bernada diatonik dimainkan dengan sistem melodi, mengacu pada beberapa lagu yang ritmik dan bisa dikolaborasikan dan dimainkan bersama dengan alat musik lainnya. Sejarah Pada akhir kekuasaan Adhityawarman 1347 di Minangkabau, alat musik yang meliputi gong dan talempong merupakan simbol, prestise, dan kebesaran raja. Pada 1550-an, musik perunggu yang menggunakan kettle drums, yaitu alat musik idiofon terbuat dari metal, merupakan musik dari tradisi kerajaan Minangkabau. Diyakini alat musik tersebut adalah talempong. Alat musik ini konon biasa dipergunakan untuk menyertai keberangkatan raja bersama rombongan tatkala menemui orang-orang Portugis di Pantai Tiku yang terletak di Kabupaten Agam. Saat ini, Kabupaten Agam, khususnya Sungai Puar, dikenal sebagai salah satu sentra pembuatan talempong. Dulu, alat musik ini terbuat dari batu dan kayu. Kini, alat musik pukul itu terbuat dari kuningan. Meski bentuk talempong mirip dengan bonang pada gamelan Jawa, kedua alat musik tersebut dibuat dengan teknik yang berbeda. Talempong menggunakan teknik pembuatan a cire purdue, sementara bonang dibuat dengan metode tempaan. Teknik a cire purdue adalah cara pembuatan alat berbahan logam dengan lebih dulu membuat cetakannya. Cetakan tersebut dibuat dari lilin, kemudian dibalut tanah liat, dikeringkan dengan cara dijemur, lalu dibakar. Setelah pembakaran, cairan lilin dikeluarkan sehingga memunculkan rongga yang lantas diisi cairan logam. Setelah cairan logam membeku, baru dilakukan proses penggerindaan, pemolesan, dan penyeteman nada. Dulu, pembuatan alat musik itu hanya dikuasai oleh para ahli yang disebut tuo talempong. Merekalah yang menguasai rahasia pembuatan talempong, termasuk nada-nada yang ”disematkan” pada alat musik itu dengan hanya berdasarkan naluri pendengaran saja. Nada aslinya yang pentatonik terdiri atas lima atau enam nada. Apabila dibandingkan dengan nada diatonik, akan terdengar tidak pas atau seolah meleset di telinga. Talempong dengan nada pentatonik biasa dipesan pemain talempong pacik dengan teknik tradisional. Jenis tersebut ini dimainkan dengan teknik interlocking atau saling meningkahi sehingga menimbulkan pola irama tertentu. Saat ini, pesanan talempong semakin beragam, tidak hanya dalam nada pentatonik, tetapi juga dalam nada-nada diatonik. Nada yang bisa dimainkan juga tidak hanya satu oktaf, tapi bisa lebih dari itu, termasuk nada-nada seperti kres dan mol. Hal ini bisa terjadi seiring dengan makin maraknya talempong kreasi. Dengan menggabungkan talempong bersama alat musik modern, instrumen musik tradisional tersebut bisa digunakan untuk mengiringi lagu yang lebih kompleks ketimbang sekadar menghasilkan pola irama tertentu. Perkembangan talempong kreasi terjadi kira-kira pada kurun waktu tahun 1970-an. Salah satu pelopornya adalah Yusaf Rahman, seorang komponis besar asal Minang. Yusaf pertama kali mengolah tangga nada talempong pentatonik yang terbatas hanya lima not. Ia kemudian menciptakan pola tangga nada diatonik. Dengan demikian, alat musik tradisional Minang itu bisa dikolaborasikan dengan alat-alat musik lainnya. Yusaf yang mengawasi pembuatan talempong bernada diatonik tersebut yang dikerjakan oleh tuo-tuo talempong di Sungai Puar. Dia juga yang mengatur jumlahnya dalam satu meja, menyetem ketepatan nada-nadanya, serta mengatur kualitas suaranya agar sesuai konsep diatonik. Yusaf membagi talempong dalam tiga meja. Meja pertama disebut gareteh atau melodi berisi 16 talempong dalam dua oktaf nada diatonik yang bisa dimainkan dalam 1 kruis, naturel, dan 1 mol. Meja kedua disebut tingkah atau akord, terdiri atas delapan talempong. Meja ketiga disebut saua, juga terdiri atas delapan talempong. Pengaturan nada talempong ini sama dengan pengaturan nada diatonik pada piano. Inovasi yang dilakukan Yusaf ini sempat menimbulkan pro-kontra. Namun, keinginannya untuk menghasilkan talempong tak membosankan sehingga lebih bisa dinikmati membuatnya kukuh. Sejak itu, talempong bernada diatonik makin marak di Minangkabau. Belakangan, penyeteman nada talempong tak lagi hanya menggunakan feeling, tetapi menggunakan aplikasi di telepon genggam. Upacara manyadahi yang dulu umum dilakukan para tuo talempong pun sudah tidak pernah lagi dilakukan. Sebagaimana sejarahnya yang memiliki kaitan dengan istana atau kerajaan, dalam perkembangannya, penggunaan talempong dalam masyarakat Minangkabau hampir selalu dikaitkan dengan upacara adat, seperti upacara pengangkatan penghulu dan upacara perkawinan. Meski demikian, talempong juga menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Fungsinya yang sakral pun terus bertransformasi menjadi makin lentur seiring perkembangan masyarakat. Alat musik tersebut kini tak hanya mengiringi upacara adat, tetapi juga menjadi sebuah produk hiburan. Ini dimungkinkan dengan perkembangan talempong kreasi yang membuat alat musik tradisional tersebut tampil dengan luwes bersama alat-alat musik modern. Tak hanya menjadi pengiring berbagai jenis tarian Minang atau digunakan untuk menyuguhkan lagu khas Minang dan lagu Melayu, lagu-lagu Indonesia populer atau modern serta lagu Barat pun mampu dimainkan menggunakan talempong. Dalam lima tahun terakhir juga marak talempong goyang yang menyuguhkan talempong dalam lagu-lagu campursari atau bahkan dangdut, dengan memasukkan unsur-unsur gendang sunda. Memberikan bentuk baru pada talempong dengan penggunaannya yang lebih luwes merupakan upaya agar anak muda tertarik untuk berkenalan dengan talempong. Hal ini penting agar alat musik tradisional khas Minang ini mampu bertahan. Dengan cara inilah, talempong tak hanya mampu bertahan, tapi juga berkembang seturut kemajuan zaman. Pertunjukan Keberadaan Talempong begitu penting dalam masyarakat Minangkabau. Hampir pada setiap upacara adat, alat musik ini hadir. Perkembangan talempong kreasi juga tak menghilangkan keberadaan talempong pacik yang tetap bertahan di tengah masyarakat. Biasanya talempong digunakan untuk mengiringi tarian pertunjukan atau penyambutan, seperti Tari Piring, Tari Pasambahan, Tari Payung, dan Tari Gelombang. Talempong juga digunakan sebagai musik untuk menyambut tamu istimewa. Alat musik tradisional juga ini merupakan salah satu komponen penting dalam ritual perkawinan khas Minang. Talempong mengiringi proses maarak marapulai, yaitu mengarak calon pengantin pria ke rumah calon anak daro atau pengantin perempuan. Biasanya, talempong dimainkan bersama beberapa alat musik lainnya, seperti akordeon, saluang, gandang, dan serunai. Saat ini, alat musik pukul tradisional ini juga berpadu dengan alat musik modern, seperti kibor, gitar, dan bas.
TalempongPacik. Talempong pacik merupakan satu pertunjukkan alat musik pukul yang terbuat dari logam berbentuk bundar. Istilah talempong pacik ini hadir untuk membedakannya dengan telempong rea (talempong yang dimainkan dengan jumlah 21 talempong ).Penamaan talempong pacik didasarkan pada cara memainkan talempong ketika dimainkan, yakni dengan cara dipegang (pacik).

Rebana 5. Timpani. Penutup. Alat Musik Pukul - Ada beragam cara untuk memainkan alat musik seperti dipetik, digesek, ditiup dan dipukul. Namun pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai alat musik pukul. Ada banyak jenis alat musik tradisional Indonesia yang masuk dalam kategori ini, salah satu contohnya adalah kendang.

Bacajuga: Surat Fussilat Ayat 1-54 dan Keutamaan Membacanya. Melansir dari Tafsir Kementerian Agama (Kemenag), kandungan surah Al Furqan ayat 63 ini berisi tentang ciri-ciri dari Ibadurrahman Alatmusik ritmis yang satu ini terbuat dari kayu dengan rongga yang ditutup kulit sapi. Kendang memang biasanya digunakan dalam musik-musik tradisional. Belakangan, musik kontemporer juga sudah menggunakan alat musik ini sebagai pengiringnya. Cara memainkan kendang adalah dipukul bagian kulit atau yang sering disebut sebutan kendang.
Untukmerubah nada yang dikelurakan dengan cara mengolah rongga mulut ketika sedang meniup. Alat mus
.
  • q8y9axvybs.pages.dev/170
  • q8y9axvybs.pages.dev/369
  • q8y9axvybs.pages.dev/440
  • q8y9axvybs.pages.dev/494
  • q8y9axvybs.pages.dev/78
  • q8y9axvybs.pages.dev/85
  • q8y9axvybs.pages.dev/151
  • q8y9axvybs.pages.dev/410
  • talempong yang bernada rendah disebut